Dalam Proses pencampuran media ini, Dilakukan Secara Manual belum menggunakan mesin.Namun Masih effesien dilakukan oleh Petani pemula. Semoga bermanfaatwww.j Pada tahap ini dalam cara membuat pupuk walne, skelon dan pupuk direndam dalam air tawar selama 12 jam. Kemudian, saring dan haluskan menggunakan saringan mesh-300. Pada saat peredaman, jangan sampai kamu mencampur jenis pupuk yang berbeda. Setelah penyaringan selesai, pisahkan skelon dengan pupuk pertanian Siapkan vitamin B12 dan juga vitamin CaraMembuat Bibit Jamur Tiram F0 F1 F2 F3 from caramembuatsaja.blogspot.com. Semoga dapat menjadi referensi bagi anda dan semoga artikel ini dapat bermanfaat. Budidaya jamur tiram, cara budidaya jamur tiram, bibit jamur tiram dahaulu budidaya jamur tiram masih menggunakan media tanam dari batang pohon berkayu. Media pembuat bibit f1 dan f2 BIBIT F2 Istilah untuk bibit hasil dari turunan atau subkultur F1. Bibit ini biasanya tidak lagi menggunakan media biji-bijian murni sebagai media tetapi sudah ditambah media lain seperti serbuk gergaji atau merang padi. Pada kenyataannya ada diantara petani jamur budidaya yang tetap menggunakan biji-bijian murni sebagai medianya. BAGLOG Adadua kegiatan utama dalam budidaya jamur tiram. Tahap pertama adalah membuat media tanam dan menginokulasikan bibit jamur ke dalam media tanam tersebut. Sehingga media ditumbuhi miselium berwarna putih seperti kapas. Tahap kedua adalah menumbuhkan miselium tersebut menjadi badan buah. Untuk pendatang baru, biasanya memulai kegiatan budidaya Selain itu media dengan komposisi yang tepat. dalam budidaya jamur kuping mempunyai Berdasarkan hal tersebut, perlu penelitian keunggulan komparatif yang meliputi, aspek untuk mengetahui komposisi media tanam ketersediaan bibit, media tanam, lokasi dan jamur kuping yang tepat sehingga luas lahan (Parjimo dan Andoko, 2007). Harga Cuma Rp. 200.000,-(Dua ratus ribu Rupiah) Bibit jamur tiram F0 adalah bibit jamur indukan dengan media dasar agar-agar ( PDA) . Sebagai inokulan bibit F0 adalah jaringan jamur yang berasal dari jamur pilihan. 1 botol F0 botol pipih akan menghasilkan sekitar 15 botol bibit F1.HANYA Rp. 200.000.00 hubungi ARIS PRIYANTO/Pemilik/pengusaha HP ditumbuhkan. Oleh karena itu, jamur yang digunakan untuk membuat bibit F2 adalah strain Florida. Pembuatan bibit F2 dengan menggunakan berbagai bahan yang sudah umum digunakan yaitu menggunakan biji jagung, gabah padi dan serbuk gergaji. Beberapa bahan tersebut mengandung komponen yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur. crbKRTM. Jamur tiram merupakan salah satu jamur konsumsi yang paling diminati dan disukai. Selain itu juga, jamur tiram memiliki harga yang ekonomis dan cenderung dapat di konsumsi oleh semua kalangan. Inilah kemudian yang membuat permintaan akan jamur yang satu ini menjadi cukup tinggi sebagaimana cara membuat bibit jamur tidak heran jika kemudian banyak sekali berdiri sentra budidaya jamur tiram dari skala kecil hingga budidaya jamur lainnya seperti cara budidaya jamur dengan bonggol jagung , jamur tiram dibudidayakan di dalam rumah atau ruangan yang disebut dengan kumbung jamur. Biasanya para pembudidaya terutama mereka yang pemula memulai tahap budidaya dari baglog yang sudah jadi. Kemudian mereka hanya perlu melakukan perawatan dan pemeliharaan intensif. Kemudian baglog akan bisa menghasilkan jamur tiram yang dapat dipanen hingga 8-10 ini dianggap lebih minim resiko dibandingkan harus menanam dan membibitkan sendiri bibit jamur tiram sebagaima cara budidaya jamur merang media ampas tebu . Namun, tentunya biaya yang dibutuhkan nominalnya akan lebih besar. Selain itu juga, kondisi ini rupanya membukan peluang tersendiri bagi mereka yang ingin mengusahakan usaha bibit jamur tiram atau yang lebih dikenal sebagai bibit F2. Dengan pengetahuan yang cukup, rasanya usaha ini akan lebih menguntungkan dan relatif cepat. Jika anda tertarik mencobanya, maka berikut 5 Cara Budidaya Jamur Tiram F2 bagi Persiapan Alat dan BahanTahap awal yang harus dilakukan adalah dengan menyiapkan alat dan bahan seperti pada cara budidaya jamur tiram dengan media kardus . Baik alat dan bahan harus dipilih dengan selektif, sebab proses budidaya bibit jamur tiram F2 ini menuntut adanya proses yang steril, ketelitian serta kesabaran dari pembuatnya. Beberapa alat dan bahan yang dapat anda siapkan antara lain Serbuk kayu gergaji, gunakan kayu yang tidak seperti jagung, sorgum atau gandum, pilih yang paling mudaj diperoleh dan harga yang halus atau kaca, bisa menggunakan botol bekas alat tanam anda membutuhkan spatula, lampu spritus, alkohol 70%.Ruang tanam yang untuk sterilisasi media, jika tidak ada anda bisa menggunakam Laminar Air Flow Cabinet yang nantinya akan digunakan untuk penanaman atau inokulasi bibit dari F1 Ke bibit tidak ada, anda dapat menggantinya dengan membuat kotak persegi dari laca dan kayu, dengan salah satu bagiannya terbuka atau diberi penutup yang bisa dibuka dan diberikan lampu bohlam sinar semua alat dan bahan siap, maka dapat langsung melakukan proses budidaya Memilih Bahan atau Media BerkualitasProses budidaya bibit F2 ini tingkat keberhasilannya selain bergantung pada teknik dan cara pembuatan seperti juga dalam cara budidaya jamur merang . Tentunya juga bergantung pada kualitas dan perlakuan terhadap media yang digunakan. Dalam hal ini media utama dalam pembuatan bibit F2 adalah biji dalam artikel ini, akan di berikan kriteria biji jagung yang harus dipilih sebagai media tanam berikut kriterianya Kualitas biji jagung yang dianjurkan adalah biji jagung yang berukuran kecil, meskipun harganya relatif mahal dan jumlahnya yang terbatas dipasaran namjn jagung jenis ini lebih kebal dan tidan rentan mengalami jagung yang berukuran besar memiliki resiko lebih mudah busuk, yang kemudian mendatangkan lalat dan ulat yang pastinya akan menganggu proses cuci jagung hingga lakukan pensortiran untuk memisahkan antara jagung yang berisi dan perendaman, jika biji jagung tenggelam maka artinya biji tersebut biji yang mengapung dipermukaan air harus dibuang, sebab kualitasnya relatif tidak itu, kemudian rendam jagung kedalam air selama 24 jam dengan tujuan untuk mempercepat proses 24 jam, kemudian lakukan pensortiran kembali untuk memilah bijijagubg yang berkualitas dan tahap selanjutnya dapat langsung dilakukan pembuatan media tanam binit jamur tiram F2. 3. Pembuatan Media Bibit F2Tahapan pembuatan media dapat dilakukan dengan cara sama dengan pada cara budidaya jamur merang dengan media jerami sebagai berikut Rebuslah biji jagung hingga lunak kemudian itu, campurna media beruap serbuk gergaji, bekatul serta kapur hingga rata tanpa menggunakan campuran rata, kemudian campurkan kedalam biji jagung adonan dengan baik dan merata, tambahkan air yang gunakan air steril yakni air mineral atau air sumur yang telah disterilisasi dengan cara media tercampur rata, kemudian masukkan media kedalam botol mulut botol menggunakan kapas, kemudian tambahkan plastik tahan panas dan tali dengan karet hingga itu, lakukan sterilisasi pada media yang biasanya dilakukan didalam aoutclav selama satu anda juga bisa menggantinya dengan menggunakan media dalam botol selema satu jam lamanya dengan suhu minimal 120 derajat itu, biarkan media dingin lalu kemudoam amda dapat memindahkannya ke ruang tanam atau ruang inokulasi yang media selama beberapa hari untuk melihat pernaentase ada media yang mengalami kontaminasi maka pisahkan dan hanya gunakam media yang Proses Inokulasi Tahapan selanjutnya adalah proses inokulasi atau penanaman seperti pada cara budidaya jamur kancing . Mula-mula anda harus menyiapkan bibit F1 yang akan diperbanyak menjadi bibit F2. Anda bisa mendapatkannya di tempat penangkaran khusus bibit F1, pilih binit yang berkualitas akan potensi keberhasilan amda membudidayakan bibit F2 menjadi tinggi. Adapu cara inolukasi bibit jamur tiram F2 adalah sebagai berikut Nyalakan lampu UV satu jam sebelum laminar pakaian yang bersih, semprot seluruh permukaan tubuh menggunakan alkohol 70%.Cuci juga tangan menggunakan sabun dan bilas sampai bersih dan tidak berbau juga ruangan laminar menggunakan alkohol dan lap menggunakan tisu semprotkan alkohol ke tangan, botol media,botol bibit F1, semua alat yang akan digunakan lalu masukkan kedalam dengan rapi peralatan didalam laminar, lampu dan pinset serta spatula dan bibit F1 diletakkan disebelah kiri, kemudian media F2 diletakkan disebalah kali tangan akan masuk kedalam laminar harus terlebih dahulu disemprot dengan alkohol 70 %.Buka plastik penutup botol pada media kemudian bakar mulut botol selama beberapa hal yang sama terhadap botol bibit bakar spatula selama beberapa detik, angkap sebentar lalu ambil bibit dari botot bibit itu, masukkan binit kedalam media tanam binit F2, jika belum rata maka ambil kembali bibit F1 dan ratakan pada seluruh permukaan media F2. Setelah itu bakar kembali mulut botol bibit F2, tutup dengan menggunakan kapas kemudian tutup dengan koran dan tali menggunakan penanaman hingga media habis, setelahmya keluarkan media F2 yang sudah ditanami bibit keluar semua media selesai ditanami maka bibit akan memasuki tahap Proses InkubasiInkubasi adalah masa dimana prosea usai penanaman hingga media mulai ditimbuhi misselium jamur sebagaimana cara mengembangbiakan jamur kombucha . Biasanya miselium yang baik akan memiliki warna putih cerah, sedangkan yang terkontaminasi akan berwarna kehitaman. Oleh sebab itu, letakkan media ditempat yang hangat dan steril serta hindarkan dari cahaya matahari langsung. Waktu inkubasi dapat berlangsung selama 3-4 minggu hingga miselium memenihi permukaan media. Pisahkan media yang terkontaminasi dan yang sehat, hal ini akan membuat kontaminasi tidak menular ke media yang tadi, 5 Cara Budidaya Jamur Tiram F2 bagi pemula. Tentunya setiap petani memiliki cara tersendiri dalam membuat budidaya bibit jamur tiram F2. Namun, semoga artikel ini dapat menjadi tambahan referensi bagi anda serta semoga artikel ini dapat bermanfaat. Cara membuat bibit f2 menggunakan media jagung Tidak bisa dipungkiri kebutuhan jamur tiram untuk dikonsumsi oleh masyarakat semakin hari semakin banyak. Ini tidak lepas dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi yang baik untuk tubuh. Seperti yang kita ketahui didalam jamur tiram terdapat banyak zat gizi dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Hal tersebut juga mendorong produsen jamur tiram untuk meningkatkan kapasitas produksi jamur tiramnya. Namun seperti pepatah " tidak semudah membalikkan telapak tangan" ada saja kendala yang dihadapi petani untuk memperbesar kapasitas produksinya. Mulai dari terkendala modal, cuaca, bahkan terkendala bahan baku untuk memproduksi jamur. Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh petani adalah ketersediaan bibit jamur tiram dengan kualitas yang baik. Mungkin memang banyak produsen bibit jamur yang tersedia sekarang, baik yang menjual bibit melalui cara on line atau pun off line. Hanya saja itu tidak cukup memenuhi kebutuhan para petani. Atas dasar itu mari kita bersama sama belajar membuat bibit f2 dengan kualitas baik menggunakan media jagung. 1. Pertama adalah menyediakan alat dan bahan Alat Lampu bunsen 2 buah Spatula Alkohol 95% Kapas Koran Karet gelang Panci Timba Bahan bahan Jagung 2. Langkah kedua Langkah kedua adalah yang sangat penting. Langkah kedua ini sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembuatan media bibit jagung ini. Perlu diketahui dalam memilih jagung haruslah jagung yang terbaik. Jangan memilih jagung karena harganya yang murah. Karena biasanya jagung murah itu jagung yang kurang baik kualitasnya. Selain itu pemilihan jagung harus memilih ukurannya juga, ada dua jenis jagung berdasarkan ukurannya. Pertama adalah jagung ukuran besar. Jagung ini murah, tapi memiliki kekurangan. Yaitu ketika sudah di inokulasi pada baglog, jika terlalu banyak memasukkan butiran jagung ke dalam baglog maka akan membusuk. Dan biasanya akan mengundang datangnya hama seperti ulat dan tungau. Kelebihannya harga murah dan banyak tersedia di pasaran. Jagung kecil Kedua adalah jagung ukuran kecil. Jagung ini biasanya dijadikan pakan burung dara oleh peternak burung, atau pakan ayam Bangkok. Harga jagung ini lebih mahal, berkisar antara Rp - Rp Namun kelebihannya tidak akan membusuk seperti jagung besar. Hanya ketersedisannya dipasar kadang kosong. Setelah jagung anda dapatkan Langkah selanjutnya adalah Mencuci jagung sampai bersih. Sortir jagung yang berisi dan yang tidak biasanya jagung yang berisi tenggelam ke dasar ember dan yang tidak akan mengapung, maka buanglah jagung yang mengapung dan gunakanlah jagung yang tenggelam saja. Rendamlah jagung didalam ember kurang lebih selama 24 jam, dengan tujuan agar jagung menjadi empuk dan mempersingkat waktu perebusan. Setelah 24 jam, bersihkan kembali jagung tadi lalu rebus jagung selama 30 menit. Setelah 30 menit, angkat jagung lalu tiriskan dan dinginkan sampai kadar air berkurang. Angin anginkan sampai jagung tidak lengket satu sama lain. Masukkan ke dalam botol. Lalu sumbat mulut botol menggunakan kapas, dan tutup menggunakan plastik. 3. Sterilisasi Sterilisasi adalah hal paling penting, berhasil atau tidaknya terletak pada proses ini. Jika media kurang steril maka dapat dipastikan bibit anda akan terkontaminasi. Jadi jangan pelit untuk mengeluarkan biaya lebih dalam proses sterilisasi. Bagai mana langkahnya? Langkahnya sama seperti kita mensterilisasikan baglog, namun dibutuhkan waktu yang lebih lama. Jika dibandingkan proses sterilisasi baglog maka proses sterilisasi bibit ini membutuhkan waktu 2 kali lipat lebih lama. Jadi seumpama proses sterilisasi baglog anda 4 jam maka untuk bibit dibutuhkan waktu 6 - 8 jam. Setelah dikukus dinginkan bibit dengan cara dibalik mulut botol ditaruh dibawah proses pembalikan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam botol. Jika anda memiliki autoclave maka proses sterilisasi ini menjadi sangat optimal. Namun jika anda tidak memilikinya bisa menggunak tong / drum bekas oli. 4. Inokulasi Perlu diperhatikan kebersihan ruangan inokulasi harus dijaga, sirkulasi udara dan sebaiknya proses inokulasi ini dilakukan diruangan tertutup untuk mendapatkan hasil yang baik. Langkah langkahnya sebagai berikut Siapkan peralatan lampu bunsen, alkohol, spatula, koran bekas, karet gelang dan kapas. Persiapkan bibit f1 anda dengan terlebih dahulu di semprot menggunakan alkohol, lalu dibakar. Geruslah f1, usahan dalam penggerusan ini selalu berada di dekat api lampu bunsen untuk meminimalisir bibit f2 terkontaminasi. Setelah bibit f1 dimasukkan kedalam f2, segera tutup menggunakan kapas, lalu koran dan di ikat menggunakan karet gelang. Letakkan bibit f2 ditempat yang kering dan sedikit hangat, ini bettujuan untuk merangsang pertumbuhan misilium. Baca juga Pekerjaan sampingan yang bisa hasilkan banyak uang Kurang lebihnya seperti itu proses pembuatan media bibit f2, perlu diingat setiap petani memiliki cara masing masing dalam membuat media bibit f2. Jadi jangan jadikan artikel ini sebagai cara paten membuat media f2. Jadikanlah sebagai bahan perbandingan, carilah cara yang terbaik menurut anda. Demikian penjelasan saya, semoga bermanfaat dan menjadi ilmu untuk kita bersama. Salam sukses!! Bibit induk F2 adalah hasil turunan generasi dari bibit F2. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian, jagung, sorgum, kedelai, gabah, dan beberapa bahan di Indonesia pada umumnya menggunakan media jagung dan media gabah untuk membuat bibit induk F2. Khusus pembahasan kali ini kita menggunakan media jagung. Media ini dipilih karena mudah didapatkan, harganya cukup murah, dan kualitas bibit induk F2 yang dihasilkan sangat baik. Pada bibit induk F2, diinokulasikan agar-agar dari bibit F2 untuk mengembangkan miselium tersebut pada media jagung. Bibit induk yang dihasilkan disini nantinya akan dikembangkan atau diturunkan ke media baglog jamur tiram. 1. Bahan Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Bibit Induk F2 Untuk membuat bibit Induk F2 bisa menggunakan biji-bijian jagung, gabah/padi, kedelai, atau gandum. Adapun beberapa persyaratan bahan yang baik untuk dibuat bibit induk F2 adalah sebagai berikut 1. Masih baru. Kondisi jagung yang akan dipakai tidak boleh sudah terlalu lama dari pemanenan. 2. Pilih dengan benar kualitas jagung, kalau bisa hanya sedikit saja jagung yang rusak/pecah, usahakan sebagian besar utuh. 3. Tidak terdapat kontaminasi dari jamur atau yang lain 4. Tidak terdapat hama seperti ulat dan lainnya 5. Secara visual kondisi jagung yang berkualitas akan tampak kuning, utuh. Pada umumnya jagung dibeli di pasar. Janganlah memilih untuk membeli jagung dengan harga yang murah yang biasanya kondisinya banyak yang pecah dan digunakan untuk pakan ternak seperti ayam. Tentunya kondisi jagung yang dibeli di pasar ini masih dalam kondisi keras, karena hasil dari proses pengeringan dengan cara dijemur. Untuk itulah nantinya dalam proses pembuatan diperlukan proses perendaman. Kita tidak perlu berhemat-hemat dengan membeli jagung kualitas rendah di sini, karena toh untuk membuat bibit F2 berkualitas, harganya tidak mahal. Dengan hanya 5kg jagung, InsyaAllah sudah bisa dibuat sekitar 40 botol bibit induk F2, dan ini sudah sangat cukup. Andai harga jagung itu per kg, berarti biaya pembelian jagung hanya Rp. saja kog.. Padahal di tempat kami, jagung yang cukup baik kualitasnya harganya sekitar Rp. 5000,- per kg saja. 2. Peralatan yang diperlukan Dalam membuat bibit induk F2, diperlukan peralatan-peralatan yang cukup mudah untuk didapatkan. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah a Botol bekas saus b Kompor Bunzen c Stik atau batang yang terbuat dari stainless steel agar steril d Kotak pembibitan sederhana e Karet pentil / karet gelang yang ukuran kecil saja f Koran yang dipotong kurang lebih 7cm x 7 cm g Ember plastik untuk merendam jagung h Tempayan bambu yang digunakan pada proses penirisan i Autoclave atau panci bertekanan j Dan tentu saja yang harus disiapkan adalah F1 yang berkualitas 3. Tata cara Rekayasa Pembuatan Bibit Induk F2 Pembuatan bibit induk F2 dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut 1. Mencuci jagung Jagung yang akan digunakan dalam pembuatan bibit harus dicuci terlebih dahulu, pada proses ini selain dicuci, dilakukan juga proses pemisahan antara jagung yang baik dan jagung yang kurang baik. Caranya dengan merendam sejenak jagung tersebut di dalam air, jagung yang mengapung adalah jagung yang kurang baik, segera pisahkan dan dibuang, selain itu jika ditemukan jagung yang terdapat lubang bekas ulat, segera dibuang dan dipisahkan. 2. Merendam jagung Jagung yang sudah dicuci tersebut selanjutnya direndam di dalam air bersih dengan takaran kurang lebih 2 liter per 1kg jagung. Proses perendaman ini berlangsung kira-kira 48 jam. Tujuannya adalah untuk menambahkan kadar air ke dalam jagung yang masih keras tersebut. Kadar air ini sangat penting dalam proses pembentukan miselium F2 nantinya. Banyak yang menyepelekan proses perendaman ini, yang sebenarnya di sinilah letak kunci keberhasilan yang penting dalam pembuatan bibit induk F2. Merendam jagung ini hendaknya menggunakan air yang bersih. 3. Merebus jagung Jagung yang telah direndam selama kurang lebih 48 jam tersebut kemudian dicuci lagi hingga bersih. Lalu masukkan ke dalam panci dan rebuslah selama kurang lebih 20-30 menit. Tidak ada patokan waktu dalam perebusan ini, karena sangat tergantung ukuran dari jagung itu sendiri. Untuk jagung berukuran kecil, biasanya proses perebusan akan lebih lama. Ukuran jagung yang sedang dan besar biasanya hanya memerlukan waktu sekitar 20menit saja. Proses perebusan jagung adalah hingga butiran jagung sudah cukup lunak /empuk, namun belum sampai pecah merekah. Selama proses perebusan, hendaknya selalu diperiksa kadar kelunakan dari jagung itu. Ini sangat penting agar jangan sampai jagung masih terlalu keras. Namun juga harus diperhatikan timing / waktu perebusan, jangan sampai jagung terlalu lunak atau sudah pecah merekah. Ini artinya terjadi overcook yang dikhawatirkan akan menimbulkan kontaminasi nantinya. Fungsi dari merebus jagung ini selain untuk melunakkan jagung, juga untuk menambah kadar air yang terkandung di dalam jagung nantinya. Kadar air ini sangat penting dalam perkembangan miselium. Kebanyakan kegagalan/kontaminasi diakibatkan kurangnya kadar air. 4. Meniris Hasil Rebusan Jagung Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol. 5. Memasukkan Jagung Ke Dalam Botol Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol. Jangan lupa semprot tangan dengan alkohol terlebih dahulu. 6. Sterilisasi menggunakan autoclav Masukkan botol ke dalam autoclav, lalu sterilkan pada tekanan 1,5Bar – 2Bar selama kurang lebih 20menit. Dalam proses sterilisasi ini tidak boleh terlalu lama yang akan menyebabkan jagung tersebut gosong dan kering. Jika proses sterilisasi terlalu lama, akan menyebabkan struktur nutrisi yang terkandung di dalam jagung untuk penumbuhan miselium menjadi rusak, inilah yang menyebabkan salah satu kegagalan nantinya. 7. Inokulasi bibit F1 ke F2 Setelah proses sterilisasi, masukkan botol ke dalam kotak pembibitan sederhana atau laminar air flow. Biarkan sampai cukup mendingin. Kira-kira sekitar 3-5jam. Jika jagung masih terlalu panas, jangan dipaksakan untuk melakukan proses inokulasi, hal ini dapat menyebabkan kegagalan. Visualisasi dari langkah inokulasi ini adalah sebagai berikut a Persiapan / preparation media jagung, bunzen, stik stainless, koran b Panaskan terlebih dahulu stick stainless pada api bunzen secara merata c Panaskan pula sejenak bibit F1 yang akan digunakan untuk menginokulasi media jagung menjadi bibit induk F2. d Panaskan menggunakan panas dari api bunzen secara merata di permukaan dan di mulut botol itu masukan kedalam botol bibit F2 e Biasanya dalam satu botol bibit F1 ini bisa dibagi menjadi kurang lebih 40 botol. f segera tutup botol dengan kertas koran lalu ikat dengan karet. Ingat!! Koran yang digunakan sebagai penutup disini harus sudah disterilkan pula di dalam autoclav. Untuk memastikan tingkat sterilnya, boleh juga denganmenyemprot koran terlebih dahulu menggunakan alkohol 96%./70%. Dalam menutup botol hasil inokulasi, bisa menggunakan kapas, bisa menggunakan kertas koran, bisa juga menggunakan kertas lilin coklat yang biasanya untuk bungkus umum kebanyakan pebudidaya menggunakan tutup kertas koran proses inokulasi selesai, simpan dengan baik bibit induk F2 di tempat yang bersih, steril, dan stabil suhu dan kelembabannya. Yang termudah adalah diletakkan di dalam lemari yang bersih. Untuk menjamin kebersihannya, semprot terlebih dahulu tempat penyimpanan menggunakan alkohol 96%. 4. Tips dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan F2 Dalam pembuatan bibit F2, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan probabilitas dan keberhasilannya. Terkadang hal-hal tersebut terkesan sepele dan sederhana, namun besar sekali pengaruhnya terhadap kualitas bibit induk F2 yang dihasilkan nantinya. Tips-tips tersebut antara lain adalah a Pemilihan jagung yang digunakan sebagai media F2. Jagung yang dipilih hendaknya berkualitas bagus dan dalam kondisi masih baru. Hindari pemilihan jagung yang sudah lama atau timbunan di pasar. Ukuran jagung besar dan kecil sebenarnya tidak mempengaruhi kualitas F2. Namun menggunakan jagung dengan ukuran yang tanggung dan besar lebih mudah dari pada yang ukuran kecil. Mudah ini dalam artian mengatur kadar air yang pas. Jika jagung ukuran besar hanya perlu direndam kurang lebih 2 hari, maka jagung yang ukuran kecil memerlukan waktu hingga 4 hari dalam perendamannya. b Proses pembersihan jagung harus selalu dilakukan sebelum melakukan perendaman, di sini fungsi dari pembersihan adalah sekaligus memisahkan jagung yang kondisinya jelek. Biasanya dalam pembersihan, jika terdapat jagung yang jelek akan mengapung, segera pisahkan. c Dalam merebus jagung, periksa terus tingkat kematangan/ tingkat kelunakan dari jagung tersebut. Lama perebusan adalah dalam kisaran 20 menit hingga 30 menit. Jika kondisi jagung sudah pecah, atau mengelupas, ini berarti kondisinya terlalu lama dalam perebusan. d Pada proses penirisan, hendaknya tidak terlalu lama maksimal 10 menit, karena jika terlalu lama, dikhawatirkan kadar airnya berkurang. Namun juga harus diperhatikan jangan sampai kadar air yang terkandung berlebih. e Pada proses sterilisasi, jika menggunakan panci presto biasa, karena tidak ada alat pengukur tekanannya, bisa diasumsikan tingkat tekanan yang ada adalah sekitar 0,75Bar. Lama sterilisasi jika menggunakan panci presto biasa adalah kurang lebih 30-40menit. Jika menggunakan autoclav, sterilisasi dilakukan pada tekanan 1,5 – 2BAR selama kurang lebih 20menit. Media jagung adalah media dengan nutrisi murni bukan campuran, dan pada saat sterilisasi, kondisinya sudah lunak, jika terlalu lama pada autoclav maka akan merusak struktur nutrisi dan kandungan kadar air pada jagung. Hasil jagung setelah proses sterilisasi adalah masih berwarna kuning kecoklatan, Namun bukan coklat gosong. f Pada saat inokulasi, pastikan kondisi jagung sudah cukup mendingin, yaitu kurang lebih selama 4-5jam sejak dikeluarkan dari autoclave g Proses inokulasi harus dilakukan di dalam kotak pembibitan sederhana atau didalam laminar air flow. h Penyimpanan bibit induk F1 setelah inokulasi haruslah di tempat yang bersih dan steril 5. Kegagalan dalam pembuatan bibit induk F2 dan antisipasinya Dalam rekayasa penurunan bibit F1 ke bibit induk F2 terkadang dijumpai kegagalan. Pada umumnya kegagalan yang adalah kontaminasi atau bibit F1 yang tidak mau menjalarkan miselium pada media analisa kegagalan tersebut yang paling sering adalah disebabkan oleh halhal sebagai berikut 1. Kualitas jagung yang kurang baik. Sebaiknya selalu memilih jagung dengan kualitas baik dan dalam kondisi baru. Hindari memilih jagung yang sudah tertimbun lama dan sudah banyak kutu nya. Pilih jagung yang utuh, jangan yang banyak mengandung jagung pecah dan berlubang. 2. Kurangnya perendaman. Lama perendaman setelah proses pencucian sebaiknya minimal 2x24jam. Fungsi perendaman ini adalah untuk menambah kadar air pada media jagung. Jika jagung langsung dilakukan perebusan tanpa merendam terlebih dahulu, biasanya masih kurang mengandung kadar air. Kadar air yang kurang menyebabkan penjalaran miselium kurang sempurna dan menimbulkan kontaminasi pada akhirnya. 3. Terlalu lama dalam perebusan sehingga banyak jagung yang kondisinya pecah dan terbuka. Atau sebaliknya kurang lama merebus, sehingga masih terlalu keras. 4. Proses sterilisasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, bisa jadi sterilisasi kurang, sehingga belum cukup mematikan bakteri yang ada, atau malah sterilisasi pada autoclave yang berlebihan yang menyebabkan jagung menjadi gosong sehingga struktur nutrisi pada jagung untuk penumbuhan miselium menjadi kurang baik. 6. Bibit F1 yang mengandung kontaminan, sehingga menyebabkan kegagalan pada penurunan bibit F2. Untuk itu hendaknya selalu dipilih bibit F1 dengan kualitas terbaik. 7. Proses inokulasi yang kurang steril. Untuk itu selalu perhatikan tingkat kebersihan tempat, bahan, dan alat yang digunakan pada proses inokulasi bibit F1 ke media F2 untuk menjamin tingkat keberhasilannya. 8. Tempat penyimpanan / storage bibit F2 yang kurang memadai. Dalam menyimpan bibit induk F2 hendaknya pada tempat yang bersih dan steril pula. Jika terdapat kontaminasi pada satu atau beberapa botol bibit F2, segera pisahkan dan dibuang, karena jika dibiarkan, biasanya dapat menular ke botol bibit F2 lainnya. 6. Memahami perkembangan miselium bibit induk F2 Perkembangan miselium pada bibit induk F2 dimulai dari berkembangnya miselium pada inokulan bibit F1 pada media jagung, lalu jika media jagung yang dibuat sesuai dan pas pada kondisi untuk mengembangkan miselium dari bibit F1 tersebut, maka secara perlahan akan terjadi perambatan miselium hingga menyelimuti seluruh permukaan jagung pada botol F2. Proses perkembangan miselium pada bibit induk F2 ini perlu diperhatikan agar kita dapat mengetahui durasi mulai awal pembentukan miselium hingga mencapai 100% pada bibit induk F2. Durasi ini nantinya penting dalam penyusunan jadual kerja manajemen pembibitan yang terkait dengan jadual kerja pada budidaya jamur tiram putih. Secara detil, perkembangan miselium yang normal pada bibit induk F2 dapat diperhatikan pada ilustrasi berikut ini 1. Masa krusial atau masa terpenting pada perkembangan miselium dari bibit F1 adalah pada 3 hari pertama. Pada 24 jam setelah dilakukan proses inokulasi, biasanya pada bibit F1 akan mulai terselimuti benang-benang hifa. 2. Selanjutnya pada hari ke-3 benang hifa tersebut akan merambatkan miselium pada media jagung pada bibit induk F2 yang ada. Perkembangan miselium pada 5-7 hari pertama akan tampak seperti rambatan miselium yang telah mencapai sekitar 30% tersebut seperti tipis dan halus. Ini sebenarnya normal saja. 3. Setelah mencapai 10 hari, biasanya miselium telah merambat hingga 70%, disini miselium yang terbentuk sudah mulai menebal. 4. Miselium akan mencapai kondisi 100% dalam waktu kurang lebih 15-20 hari tergantung ukuran dari jagung. Untuk jagung ukuran kecil, biasanya rambatan miselium lebih lambat daripada jagung berukuran besar.